Sorgum
Sorgum
(Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang
mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah
adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan
air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap
gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta
bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium
glutamate (MSG), asam amino, dan
industri minuman. Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah Sorgum - bicolor (L) Moech. Nama yang
sinonim dengan nama itu adalah : Holchus
Sorghum L ; Andropogan sorghum (L) Bot ; Sorghum Vulaare Pers. Selain
itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama : Great Millet, guinea Cora (Afrika Barat) ;
Kafir Corn (Afrika Selatan) ; Milo Sorgo (Amerika Serikat) ; Kaoliang (Cina) ; Durra (Sudan) Mtama (Afrika Barat) ;
Jola (Jawa) ; Chotam (India).
Tanaman Sorgum (Sumber: www.manadobisnis.com) |
Di
negara-negara miskin di daerah beriklim kering, umumnya sorgum diusahakan sebagai
tanaman pangan. Namun, di negara-negara maju yang persediaan bahan pangannya
berlimpah, sorgum ditanam sebagai bahan pakan karena kandungan gizinya cukup
tinggi (setara dengan jagung) serta sebagai bahan baku industri.
Rata-rata
produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu 3,60 t/ha. Produktivitas
yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi budi daya secara
optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan secara optimal, dan
pengairan. Sebaliknya di beberapa negara produsen sorgum, rata-rata
produktivitas sorgum masih di bawah 1 t/ha, yang disebabkan oleh pengaruh iklim
yang kering, penggunaan varietas lokal yang hasilnya rendah, pemupukan minimal,
dan penanaman secara tumpang sari.
BUDIDAYA
SORGUM
Tanaman
sorgum sebenarnya sudah lama dikenal dan sudah banyak ditanam petani di
Indonesia. Namun tampaknya, tanaman ini kurang berkembang dengan baik.
Pengembangan jenis tanaman pangan ini akan dapat berhasil apabila disertai
dengan penerapan paket teknologi yang meliputi unit kegiatan pembudidayaan dan
pengolahan yang sederhana di tingkat petani. Pakar teknologi tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah untuk sorgum lama dengan jagung, yaitu dibajak satu atau dua kali, digaru
lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma karma
fase pertumbuhan sorgum agak lambat kira-kira 3 - 4 minggu sehingga pada awal
pertumbuhan tersebut kurang mampu bersaing terhadap gulma. Kalau perlu buatlah
saluran-saluran drainase.
2.
Penanaman
Suhu
optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C - 30° C dengan
kelembaban relatif 20 - 40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dan
permukaan Taut dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curate hujan yang diperlukan adalah
berkisar antara 375 – 425 mm.Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi
tanah yang luas. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang
wring kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la
dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap
salin (garam) tanah dari pada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada
tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya.
Beberapa
kultivar menunjukkan masa dormami benih pada bulan pertama setelah panen. Benin
masih dapat hidup selama periode tertentu, asalkan disimpan dengan semestinya.
Daya perkecambahan di laboratorium sebesar 900, dapat memberikan kemungkinan
50% daya kecambah di lapangan. Akar yang keluar pada perkecambahan kemudian
digantikan oleh akar-akar camping yang muncul dari buku terbawah pada batang,
kecambah muncul dari dalam tanah kira-kira 7 hari. Sorgum biasanya ditanam melalui
biji. Akan tetapi juga dapat diperbanyak dengan stek batang, jika mau harus
dengan memunculkan premordia akar pada buku.
Pada
umumnya tanaman sorgum ditanam sebagai tanaman seta pada tanaman pokok padi
gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Bila ditanam secara monokultur
populasi tanaman per/hektar sekitar 100.000 - 150.000 tanaman. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 75 X 25 Cm atau 75 X 20 Cm dengan masing-masing 2 tanaman
perlubang. Menurut hasil penelitian, peningkatan populasi di atas 150.000
tanaman/hektar, masih cenderung meningkat hash walaupun tidak begitu besar.
Pada
waktu menanam, benih ditanam 2 - 3 biji perlubang. Penjarangan menjadi 2
tanaman perlubang, dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Penyulaman dapat
dilakukan dengan biji atau dengan pemindahan tanaman yang lama umurnya (trans
planting) dengan cara putaran.
3. Pemupukan
Pupuk
yang utama diperlukan tanaman sorgum adalah pupuk nitrogen dengan dosis
mencapai 90 kg Nitrogen atau sama dengan 2 kwintal urea per hektar. Penambahan
Pupuk PROS sebanyak 45 kg atau 1 kwintal TSP per hektar akan memberikan hash
yang lebih baik. Pemupukan dengan kalium dilakukan dengan dosis 30 kg K20
per/hektar.
Pupuk
N diberikan dua kali yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan
seluruh pupuk. P dan K, dan 2/3 bagian sisanya diberikan pada umur 1 bulan
setelah tanam.
Seluruh
Pupuk diberikan dengan cara menyebarnya dalam larikan sedalam ± 1 Cm. Untuk
pemupukan pertama jaraknya 7 Cm di kiri kanan barisan tanaman, sedangkan
pemupukan kedua jaraknya ± 15 Cm.
4.
Penyiangan dan Pembumbunan
Pada
awal pertumbuhan Sorgum kurang dapat bersaing dengan gulma, karma itu harus
diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari
gulma. Penyiangan pertama dapat dilakukan pada saat tanaman sorgum berumur 10 -
15 hari setelah tanam. Penyiangan kedua dilakukan bersama-sama pembumbunan
setelah pemupukan kedua. Pembubunan dimaksud untuk memperkokoh batang.
5.
Hama Penyakit Utama dan Cara Pengendaliannya
Penyakit
Utama
1) Colletortichum
gramini colum (Ces.) G.W. Wild (Penyakit
Bercak Daun).
Penyakit
ini menyebabkan bercak pada daun dengan warm kemerah-merahan atau keungu-unguan
dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan bagian dalam buku
berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara leas. Bercak daun
mengakibatkan daun mengering, karma itu butir menjadi hampa, sementara busuk
merah menyebabkan batang berair dan patah. Kekebalan terhadap kedua penyakit
dikendalikan oleh suatu gene tunggal yang dominan. dengan gene lainnya bagi
setup penyakit.
2) Helmithosporium
turcicum Pass
(Penyakit Blight).
Penyakit
ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab. Serangan
penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau kecoklatan
yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang pembibitan maupun
tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
3) Puccinia
purpurea Cooke (Penyakit Karat)
Penyakit
karat seranganrya terjadi secara luas pada sorgum. tetapi jarang menyebabkan
kehilangan yang serius. karma pertumbuhan penyakit tidak berlangsung lagi
apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.
Hama Utama
1 ) Atherigona varia soccata (Rond.) (Lalat Bibit Sorgum).
Hama
ini merupakan hama yang utama di daerah tropis. Telurnya diletakkan pada daun
muda bibit dan lainnya menggerek ke dalam meristem tanaman much yang akhirnya
mati. Prinsip pengendaliannya adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam
serempak) dan menanam kultivar yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah
diserang.
2) Prodenia litura (Ulat daun)
Pengendaliannya
dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis yang dianjurkan.
6.
Panen
Panen
dilakukan dengan cara memangkas tangkai mulai 7,5 - 15 cm dibawah bagian biji
dengan menggunakan sabit. Hasil pemangkasan kemudian diikat dengan ukuran
sekitar ?0 Kg - 40 Kg setiap ikatnya. Sorgum
dipanen apabila biji dianggap telah masak optimal, biasanya ± 45 hari setelah
bakal biji terbentuk.
7.
Pasca Panen
1) Pengeringan.
Biasanya
pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air
biji mencapai 10 - 12 %. Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji
biasanya dengan cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut
telah kering.
Apabila
hari hujan atau kelembaban udara tinggi, pengeringan dapat dilakukan dengan
cara menggantungkan batang-batang sorgum diatas api dalam suatu ruangan atau di
atas api dapur.
2) Perontokan
Perontokan
secara tradisionil dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai
atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas. Setelah itu dilakukan penampian untuk
memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu atau kotoran lainnya. Sejumlah biji dijatuhkan dari atas
dengan maksud agar kotorannya dapat terpisah dari biji dengan batuan hembusan
angin. Agar dicapai hash yang terbaik dan
efisien dianjurkan agar menggunakan wadah supaya biji tetap bersih, usahakan
agar biji segera dirontok setelah panen untuk mencegah serangan tikus dan
burung, dan kadar air tidak boleh lebih dari 10 - 12 % untuk mencegah
pertumbuhan jamur.
3) Penyimpanan
Penyimpanan
sederhana di tingkat petani adalah dengan cara menggantungkan mulai sorgum di
ruangan di atas perapian dapur.
Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan asap
api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah
biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus
penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya
kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya '
terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji
dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan besi, karma
sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum
disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
4) Pengolahan
a)
Bergs Sorgum (sorgum giling)
Bergs
Sorgum yang dimaksud adalah biji Sorgum lepas kulit sebagai hash penyosohan
sehingga diperoleh bergs sorgum giling. Untuk menyosoh biji sorgum digunakan
mesin yang terdiri dari silinder gurinda batu, sehingga bergs yang dihasilkan
putih bersih. Dengan sifat ini ternyata sorgum jenis non waxy dapat digunakan
sebagai nasi, bubur dan bentuk olahan lain. Sedangkan jenis sorgum ketan (waxy
Sorgum) yang rasanya pulen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minyak
(snack) seperti tape, Temper, rengginang dan wajik.
b) Tepung Sorgum
Tepung
sorgum dapat diperoleh dengan menggiling bergs sorgum dalam mesin yang
dilengkapi dengan silinder besi yang tajam dan licin. Campuran 60% tepung
kedelai dengan 30% tepung sorgum dapat menghasilkan roti dan kue yang cukup
baik dan murah harganya.
c) Uji ( thin poridge )
Jenis
makanan ini terbuat dari tepung sorgum dan banyak dipakai di negara kenya,
Tanzania, Uganda, Sudan dan India dengan nama yang berbeda-beda. Uji dibuat
dari 1 bagian tepung sorgum. 3 - 4 bagian air, satu bagian susu cair dan gula
secukupnya. Cara membuatnya, mula-mula
tepung dicampur bagian air yang tersedia, tutup wadahnya dan biarkan selama 24 jam. Air yang tersisa didihkan dan ditambahkan pada tepung yang terfermentasi
tadi, kemudian dimasak selama 10-15 menit sehingga halos dan kental lalu
tambahkan gula selanjutnya dihidangkan untuk sampan pagi atau makan siang.
d) Ugali ( Stift Oorrid)
Jenis
makanan ini berasal dari Uganda dan Kenya dengan nama Tuwo dan di India disebut
sangat. Cara membuat ugali sama dengan membuat uji. hanya disini tepung yang
digunakan jumlahnya lebih banyak dan berasal dari biji yang disangrai. kecambah
atau biji yang dikuliti. Selama ditanak. ugali tidak menyebar atau tidak
meleleh bila dimasukkan ke dalam air dingin. tetapi agak membentuk. Sebagai
bahannya adalah 2 - 3 bagian tepung ditambahkan dengan 4 - > bagian air. Air
didihkan kemudian ditambahkan tepung sambil diaduk-aduk hingga menjadi bubur.
Pemasakan diteruskan sampai mengental
POTENSI
LAHAN PRODUKSI SORGUM
Areal
yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sangat luas, meliputi
daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta tanah yang kurang
subur. Daerah penghasil sorgum dengan pola pengusahaan tradisional adalah Jawa
Tengah (Purwodadi, Pati, Demak, Wonogiri), Daerah Istimewa Yogyakarta (Gunung
Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan
sebagian Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Daftar Pustaka
Departemen
Pertanian. 1989. Teknologi Budidaya Sorgum. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0162.pdf.
[Diakses Tanggal 18 Oktober 2010]
Sirappa
MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif
untuk Pangan, Pakan, dan Industri. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3224031.pdf.
[Diakses Tanggal 18 Oktober 2010]
0 komentar:
Posting Komentar