Cobaan Bukan Hambatan
Melanjutkan
cerita saya sebelumnya. Keberlanjutan skripsi saya masih sangat panjang. Tapi akan
saya singkat dalam satu episode ini.
Setelah saya
selesai mengambil data kurang lebih selama satu bulan, saya pun melaju ke tahap
berikutnya yaitu pengolahan data dan penulisan skripsi. Berhubung setelah
selesai pengambilan data bertepatan dengan bulan puasa maka pengolahan data
saya pending dulu sampai libur lebaran. Dua minggu sebelum lebaran pun saya
mudik ke kampung halaman dengan membawa seperangkat kuisioner dari 35 petani
yang amat tebal. Hampir 50 persen kapasitas tas ransel saya hanya terisi oleh
tumpukan kuisioner itu dan beberapa bahan seperti jurnal dan artikel. Libur lebaran
hampir saya habiskan selama 5 minggu, 2 minggu sebelum lebaran dan 3 minggu
setelah lebaran. Akan tetapi selama 5 minggu tersebut ternyata produktivitas
kerja saya mengerjakan skripsi adalah nol besar. Bahan skripsi yang saya bawa
termasuk kuisioner tersebut, selembar pun tidak tersentuh sama sekali.
Sebelum mudik,
saya sempat menemui dosen saya. Dosen saya bilang kalau seminggu setelah
lebaran akan melakukan studi banding ke Belanda selama 3 minggu. Dari situlah
kemalasan saya muncul. Oleh karena itu selama mudik lebaran saya tidak
menyentuh skripsi saya.
Setelah masa
libur lebaran usai, saya pun kembali ke kampus untuk menyelesaikan skripsi. Sesampainya
di kampus, dosen pembimbing memang belum pulang dari Belanda. Sesampainya di
kampus selang 2 hari kemudian terjadi musibah yang sangat luar biasa. Laptop saya
sering terkena “blue screen”. Menurut orang yang ahli komputer sih katanya
sistemnya sudah terkena virus. Jadi pilihan utamanya adalah menginstal ulang. Hampir
3 kali saya melakukan instal ulang dan tidak ada perubahan yang signifikan pada
laptop saya. Laptop saya masih suka mati mendadak dan lama proses loading masuk
ke windowsnya. Setelah dikonsultasikan dengan orang yang ahli komputer,
ternyata hardisk saya yang bermasalah. Akhirnya saya pun mencoba untuk
mengganti hardisk. Setelah hardisk diganti, bukannya makin sehat laptop saya
malah beberapa hari setelah ganti hardisk laptop saya tidak dapat dinyalakan. Bisa
dibilang laptop saya mati total. Saya pun panik dan mencoba untuk menanyakan
pada ahli komputer. Ternyata mainboard laptop saya rusak dan solusi yang bisa
dilakukan adalah beli laptop baru karena memperbaiki mainboard yang rusak sama
mahalnya dengan beli baru. Karena pada saat itu saya tidak ada alokasi dana
untuk membeli laptop saya pun memutuskan untuk meminjam laptop teman saya yang
sudah selesai skripsinya. Teman saya itu pun meminjamkan laptopnya kepada saya.
Laptop teman saya tersebut saya gunakan sebagaimana mestinya. Beberapa setelah
saya gunakan, tiba-tiba laptop teman saya mengalami hal yang sama seperti
laptop saya sebelumnya yaitu tidak bisa dinyalakan. Saat itulah titik terendah
yang pernah saya alami dimana semua perasaan terkumpul menjadi satu, bingung,
sedih, putus asa, tanpa harapan dan menyesal. Semua perasaan itu terkumpul
menjadi satu dan sempat membuat saya hampir putus asa dan ingin pulang kerumah.
Apa yang terjadi pada laptop teman saya sama dengan apa yang terjadi pada
laptop saya yaitu kerusakan mainboard. Saya mencoba untuk memperbaikinya. Saya pun
diantar teman saya ke Mangga Dua dan Harco Mas di Jakarta Pusat. Saya pun
mencoba ke dua lokasi itu dan ada satu tempat di Harco Mas yang dapat
memperbaiki mainboard akan tetapi pada saat itu barang sedang kosong sehingga
tidak dapat dikerjakan pada saat itu juga. Saya pun mencoba berjalan-jalan di
seputaran Harco Mas dan dari jalan-jalan itu saya menemukan sebuah laptop
dengan harga yang murah tapi berkualitas. Dari situ kemudian muncul lah solusi
dari masalah yang saya hadapi yaitu saya harus membeli laptop baru. Kemudian saya
berfikir, dari mana uang yang saya dapat? Tidak mungkin saya meminta kepada
orang tua untuk membeli laptop. Akhirnya saya pun sadar bahwa saya masih
memiliki beasiswa dari salah satu Bank Milik Negara yang nominalnya cukup besar
dan cukup untuk membeli laptop tersebut. Karena beasiswa itu turun setiap
sebulan sekali, saya pun memutuskan untuk meminjam uang teman saya dulu untuk
membeli laptop dan akan saya baya uang pinjaman tersebut setiap bulan dari uang
baeasiswa. Yah, dan akhirnya saya pun memiliki laptop baru.
Laptop baru
semangat baru. Mulai saat itu, saya sadar bahwa saya tidak boleh menyia-nyiakan
waktu yang ada. Saya harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mulai saat itu
juga saya rajin mengerjakan skripsi, mulai dari pengolahan data sampai penulisan
skripsi. Terimakasih ya Allah engkau telah memberikan pertolongan melalui teman-temanku
yang baik ini Arini Prihatin, Diki More Sari dan Syajaroh Duri. Mohon maaf
kepada Arini prihatin atas kerusakan laptopnya dan saya berjanji akan
memberbaikinya hingga seperti sedia kala.
0 komentar:
Posting Komentar