Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Agribisnis Akar Wangi



Peluang Bisnis Akar Wangi

Gambar 1. Tanaman Akar Wangi

Sepintas jika kita melihat gambar diatas yang muncul dalam pikiran kita adalah hanya rumput ilalang yang tumbuh subur di padang luas. Mungkin juga ada yang beranggapan itu merupakan tanaman serai. Akan tetapi, itu bukanlah rumput atau tanaman serai. Tanaman tersebut merupakan tanaman akar wangi. Akar wangi (Vetiveria zizanioides) merupakan jenis rerumputan yang dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri. Penampakan fisiknya menyerupai rumput atau tanaman serai karena tumbuhan ini memang masih sekeluarga dengan serai atau padi.
Sesuai dengan namanya, bagian dari tanaman ini yang dimanfaatkan adalah akarnya. Akarnya yang dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris dan juga bahan pembuatan kerajinan seperti tas, cup lampu, dan taplak meja. Selain dikeringkan dan dimanfaatkan secara langsung, akar tanaman ini juga dapat diproses dengan penyulingan untuk menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai bahan kosmetik seperti untuk parfum, obat-obatan, dan aroma terapi. Hasil penyulingan akar wangi dalam bentuk minyak atsiri ini juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Indonesia merupakan eksportir minyak akar wangi terbesar ke dua setelah Haiti. Peluang pasar untuk minyak atsiri dari akar wangi ini masih terbuka lebar mengingat posisi Indonesia hanya mampu memenuhi permintaan minyak akar wangi di dunia sebesar 50 ton/tahun dari total permintaan dunia sebesar 250 ton/tahun.
Tanaman akar wangi dapat dibudidayakan dengan baik di iklim tropis seperti di Indonesia ini. Tanaman akar wangi dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 500-1500 m dpl dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun dan suhu udara lingkungan 17-270 C. Salah satu sentra budidaya akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut. Tanaman akar wangi ini menjadi salah satu tanaman unggulan Kabupaten Garut. Tak heran jika di Kabupaten Garut ini banyak dibudidayakan tanaman akar wangi. Usaha akar wangi ini telah menjadi bagian mata pencahariaan penduduk di Kabupaten Garut terutama untuk 5 kecamatan penghasil akar wangi terbesar yaitu di Kecamatan Samarang, Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Cilawu, Kecamatan Pasir Wangi  dan Kecamatan Leles.
Salah satu usaha pembudidayaan dan penyulingan akar wangi di Kabupaten Garut berlokasi di kampung Lebok Pulus Jalan Raya Kamojang, Sukakarya Kecamatan Samarang. Pemilik dari usaha ini adalah Bapak H. Ede Kadarusman. Usaha akar wangi yang dibudidayakan oleh H. Ede di Daerah Garut Jawa Barat ini  menghasilkan produk utama yaitu akar wangi kering, minyak atsiri sebagai hasil penyulingan, dan menghasilkan produk turunan dari akar kering berupa kerajinan yaitu tas, tikar, taplak meja, dan bahan rajutan lainnya. Semua produk tersebut bernilai jual yang tinggi terutama minyak atsiri dari hasil penyulingan akar wangi.
Dalam melakukan kegiatan budidaya, H. Ede menggunakan lahan tak kurang dari 20 hektar. H. Ede menggunakan bibit akar wangi yang diimpor langsung dari Belanda. H. Ede sengaja mendatangkan bibit akar wangi dari Belanda untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas yang baik pula. Dari satu hektar lahan budidaya akar wangi milik H. Ede tersebut mampu menghasilkan akar basah sebesar 10-14 ton. Menurut H. Ede Perawatan budidaya tanaman akarwangi juga relatif lebih mudah seperti tanaman pada umumnya. Tetapi ada beberapa perlakuan khusus diantaranya dalam proses pemupukan tidak menggunakan urea karena urea dapat merangsang pertumbuhan daun sehingga pertumbuhan akar akan terbatas. Selain itu diperlukan juga kegiatan pemangkasan supaya pertumbuhan tanaman terkonsentrasi di akar. Tanaman akar wangi ini hampir sama dengan tanaman alang-alang yaitu relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga pengendaliannya jarang dilakukan.
Umur panen tanaman akar wangi cukup singkat yaitu 8 bulan, namun untuk memperoleh jumlah akar yang maksimum dan mutu minyak yang tinggi maka pemanenan dilakukan setelah tanaman mencapai umur 14 bulan – 16 bulan. Pemanenan cukup mudah dengan cara mencangkul dan mencabut akar yang menempel di tanah. Bonggol dapat dipotong dengan alat pemotong secara manual dengan golok atau dengan menggunakan mesin pemotong (perajang). Bonggol ini dapat digunakan kembali sebagai bibit untuk musim tanam selanjutnya. Setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar maka selanjutnya akar tersebut dijemur hingga kering. Pengeringan dilakukan di atas lantai penjemur yang diberi alas tikar, atau bambu anyam dengan ketebalan 20-30 cm. Penjemuran dilakukan dari jam 09.00-14.00 dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali selama kurang lebih 2 hari. Penjemuran telah selesai jika menghasilkan akar wangi kering dengan kadar air 15%. Akar yang telah kering harus segera disuling supaya kadar minyak dalam akar tidak berkurang. Jika tidak segera disuling, akar wangi dikemas dalam karung plastik dan ditutup rapat, kemudian disimpan dengan cara ditumpuk dalam gudang yang tidak tembus cahaya matahari, tidak lembab, suhu 20-300C, dan letaknya jauh dari ketel suling.

Gambar 2. Akar Wangi Kering

Proses penyulingan juga masih menggunakan teknologi yang sederhana yaitu melelui proses destilasi dengan memanfaatkan hasil pembakaran akar wangi dalam ketel raksasa. Sebelum akar masuk dalam ketel, akar yang sudah kering harus dirajang terlebih dahulu. Tujuan perajangan akar adalah untuk mengurangi sifat kamba akar dan mempermudah keluarnya minyak dari dalam akar. Merajang akar wangi dapat dilakukan dengan golok atau dengan mesin khusus perajang akar, dengan panjang sekitar 10-15 cm. Akar setelah dirajang harus segera dimasukkan ke dalam ketel suling untuk menghindari penguapan minyak dari bagian akar yang dipotong. Kapasitas ketel bisa mencapai satu ton akar wangi kering. Ketel tersebut kemudian dibakar dengan temperatur tinggi bertekanan rendah. Gas panas hasil pembakaran tersebut kemudian dialirkan ke dalam pipa dan mengalami proses destilasi sehingga diperoleh uap berupa campuran minyak dan air. Campuran minyak dan air ini ditampung di bak penampung. Untuk memisahkan komponen minyak dan air ini diperlukan saringan. Setelah disaring untuk memisahkan air dan minyak maka diperolehlah minyak murni hasil penyulingan akar wangi. Akar wangi yang sudah dikeringkan memiliki rendemen sebesar 0,2-0,5 % sehingga setelah dilakukan proses penyulingan dalam 1 ton akar kering mampu menghasilkan 2-5 kg minyak atsiri.

Gambar 3. Ketel Penyulingan

Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan belum tentu bisa mencapai kualitas premium yang dapat menembus pasar ekspor. Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas tanaman. Selain itu, kualitas hasil penyulingan minyak atsiri dari akar wangi juga dipengaruhi oleh proses penyulingan. Proses destilasi dengan waktu singkat (12-13 jam) dengan menggunakan tekanan tinggi (5 bar) menghasilkan minyak yang keruh dengan wangi seperti masakan gosong, sedangkan proses destilasi dengan waktu yang lebih lama (18-20 jam) dengan tekanan rendah dibawah 2 bar mampu menghasilkan minyak atsiri yang bening dan wanginya lembut. Minyak yang seperti inilah yang banyak diminta pada pasar ekspor.

Gambar 4. Penyaringan Minyak

H Ede menjual akar wangi dalam bentuk akar basah, minyak atsiri dan kerajinan dari akar kering. Akar basah panen akar wangi dijual dengan harga Rp 2000-Rp 3000/kg. Sedangkan harga minyak atsiri bervariasi tergantung dengan kualitasnya. Untuk minyak dengan kualitas sedang harganya berkisar Rp 1.000.000,00/kg sedangkan minyak dengan kualitas yang baik harga berkisar Rp 1.700.000,00/kg. Harga produk turunan berupa kerajinan juga bervariasi dari puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah tergantung ukuran, desain, dan tingkat kesulitan pembuatan.

Gambar 5. Produk Kerajinan Akar Wangi

Daerah pemasaran untuk produk berupa akar kering yaitu kota-kota di Jawa dan Bali seperti Pekalongan, Semarang dan Denpasar. Permintaan di daerah tersebut cukup tinggi karena daerah tersebut merupakan pusat pembuatan kerajinan dan daerah tujuan wisata. Untuk  daerah pemasaran barang kerajinan, H. Ede memanfaatkan pasar lokal yaitu pasar pusat kerajinan di Rajapolah, Tasikmalaya dan menjualnya secara langsung di galerinya. Sedangkan untuk minyak atsiri semuanya diekspor ke beberapa Negara di Amerika, Eropa, dan Asia.
Pemanfaatan tanaman akar wangi tidak hanya sebatas pada akarnya saja tetapi limbah daun dan serat sisa penyulingan juga dapat dimanfaatkan. Pada saat pemanenan akar wangi hanya diambil bagian akarnya saja sedangkan daunnya tidak digunakan. Daun tersebut lantas tidak dibuang begitu saja melainkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan membuat pupuk hijau. Pupuk ini akan dipakai pada saat pengolahan tanah sebelum akar wangi ditanam. Akar wangi yang telah mengalami proses penyulingan menghasilkan limbah berupa serat akar. Serat akar ini dapt dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan seperti pembuatan cup lampu dan pot hias. Struktur serat yang mirip dengan akar pakis dapat dimanfaatkan untuk media tanam tanaman bunga seperti bunga anggrek.
Dapat dilihat bahwa produk akar wangi ini memiliki nilai ekonomi yang cukup baik sehingga berpotensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Peluang pasar untuk minyak atsiri dari akar wangi ini masih terbuka lebar mengingat posisi Indonesia hanya mampu memenuhi permintaan minyak akar wangi di dunia sebesar 50 ton/tahun dari total permintaan dunia sebesar 250 ton/tahun. Permintaan akan minyak atsiri dari akar wangi ini diprediksi akan semakin meningkat karena pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan industri yang sekin pesat. Minyak atsiri dari akar wangi yang dihasilkan oleh Indonesia merupakan terbaik kedua setelah negara Haiti. Daerah sentra akar wangi di Indonesia masih sedikit sehingga merupakan peluang yang sangat besar untuk memasuki dunia usaha yang serupa. Kondisi agroklimat di Indonesia sebagai negara tropis cocok untuk pembudidayaan tanaman ini. Produk minyak akar wangi memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga mampu memberikan keuntungan bagi pengusaha akar wangi. Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sehingga usaha akar wangi tidak hanya terfokus pada pembuatan minyak saja melainkan masih banyak usaha untuk pembuatan produk turunan akar wangi seperti aneka barang kerajinan.

Sumber:
Hasil Kunjungan Lapang (Fieldtrip) Mahasiswa Agribisnis FEM IPB tanggal 25-26 Januari 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

8 komentar:

Unknown mengatakan...

kak, punya kontak produsen akar wangi di tasikmalaya enggak?

Unknown mengatakan...

Artikel yang Bagus, Ijin Share Kang

http://www.GrosirSouvenirMurahJakarta.com

Unknown mengatakan...

Kak kalo mau beli akar wangi itu yang bagus d mana?? Saya mau coba bikin kerjinan tangan..

Unknown mengatakan...

Kak kalo mau beli akar wangi itu yang bagus d mana?? Saya mau coba bikin kerjinan tangan..

Unknown mengatakan...

pak klw pohon nya jual per kilo brapa

Unknown mengatakan...

Sangat bagus utk program pemberdayaan masyarakat selain nilai ekonomi
sekaligus konservasi tanah pd lahan rawan erosi. Implikasinya mengurangi beban DAS dr sedimentasi dan pendangkalan waduk.

Unknown mengatakan...

Sangat bagus utk program pemberdayaan masyarakat selain nilai ekonomi
sekaligus konservasi tanah pd lahan rawan erosi. Implikasinya mengurangi beban DAS dr sedimentasi dan pendangkalan waduk.

Unknown mengatakan...

Butuh bibit pak, saya ada

Posting Komentar