Trip To Palembang,
“Wong Kito Galo”
Rabu, 19 Juni 2013, merupakan
hari bersejarah dalam hidup saya. Ini adalah hari dimana pertamakalinya saya
naik pesawat dan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Agak
deg-degan sih karena baru pertama kali seumur hidup. Masih ada rasa was-was dan
takut, tapi dibalik itu semua saya sangat antusias sekali karena pengalaman
baru sebagai pelajaran baru. Penerbangan pagi jam 09.35 dengan maskapai
penerbangan terbaik di Indonesia dan katanya termahal diantara maskapai lainnya
mengantarkan saya dan rombongan menuju Bumi Sriwijaya (Palembang, Sumatera
Selatan). Kebetulan saya tidak sendiri pergi ke Palembang. Saya bersama
rombongan terdiri dari 4 orang, dua diantaranya dosen dan satu lagi orang
kantor. Tujuan kami ke Palembang untuk melakukan supervisi ke petani binaan dan
proses pengambilan data. Memang ini bukan agenda wisata atau jalan-jalan. Ini
merupakan bagian dari kegiatan penelitian dosen saya. Jadi sebenarnya ini
adalah perjalanan dinas. Saya berada di Palembang selama satu minggu sedangkan dua
dosen dan satu orang kantor tersebut hanya dua hari saja di Palembang.
Penerbangan dari Jakarta menuju
Palembang menempuh waktu kurang lebih 45 menit. Sekitar pukul 10.30, kami telah
mendarat di Bandara Sultan Badaruddin II di Palembang. Kesan pertama yang
muncul ketika menginjakkan kaki pertama kalinya di Palembang ini adalah
“PANAS”. Entah kenapa saya merasa cuaca di Palembang ini lebih panas daripada
Bogor. Seminggu di Palembang ini telah berhasil membuat kulit wajah saya tampak
lebih hitam.
Di beberapa daerah di Palembang
ini saya masih banyak melihat lahan-lahan terlantar yang tidak digunakan. Lahan
tersebut banyak ditumbuhi semak belukar dan cukup luas. Ternyata sebagian besar
dari lahan tersebut merupakan lahan rawa. Karakteristik lahan rawa ini masih
sangat labil. Saya juga menemukan pembangunan perumahan yang dihentikan karena
struktur tanah yang labil. Tanah yang labil ini menyebabkan beberapa pondasi bangunan
tenggelam dan menyebabkan bangunan rumah juga ikut turun. Di Palembang ini,
saya juga masih banyak menemukan rumah panggung yang terbuat dari kayu berdiri
di pinggir jalan besar. Beberapa lahan yang produktif digunakan sebagai
perkebunan karet atau kelapa sawit.
Sarana transportasi untuk daerah
Kota Palembang sudah bagus. Kondisi jalan juga masih bagus tetapi di beberapa
daerah di luar Kota Palembang, kondisi jalannya banyak yang rusak karena
kondisi tanah yang labil dan banyak dilalui mobil bermuatan besar seperti truk
dan bis. Transportasi umum juga beragam mulai dari becak, ojeg, angkot, taxi
dan bis semua telah tersedia. Bahkan di Kota Palembang juga telah terdapat bis
Trans Musi mirip dengan Trans Jakarta yang melayani berbagai rute di Palembang.
Untuk menggunakan Trans Musi ini, setiap penumpang diwajibkan memiliki kartu
Trans Musi yang dapat digunakan untuk seterusnya dengan cara isi ulang.
Pernah saya bingung ketika akan
pulang menuju penginapan dengan menggunakan angkot. Waktu itu saya pulang
sekitar pukul 18.30. Di jam tersebut ternyata bis umum yang menuju ke tempat penginapan
saya sudah tidak ada. Akhirnya saya pun mencoba mencari angkot yang menuju
jembatan ampera. Saya ingat informasi dari teman saya kalau pusat berkumpulnya
angkot ada di bawah jembatan ampera. Diantara mobil-mobil pribadi yang berlalu-lalang,
saya bersyukur masih bisa menemukan angkot menuju Ampera. Di angkot warna merah
yang menuju ampera tersebut, saya merupakan penumpang satu-satunya dalam angkot
tersebut. Saya duduk di depan samping sopir. Selama di perjalanan sopir
tersebut berbicara menggunakan bahasa Palembang dan saya sebagai orang Jawa
tidak tahu menahu soal bahasa Palembang. Saya pun hanya bisa menimpali dengan
kata “ya” dan sesekali mengeluarkan tawa kecil, padahal saya tidak tahu apa
yang dibicarakan supir angkot itu. Tidak berapa lama saya sampai di Ampera. Dan
benar saja, banyak angkot disana tetapi naasnya tak ada juga angkot yang
rutenya menuju penginapan saya. Terpaksa saya pun menggunakan ojeg ke tempat
penginapan saya.
Bagi para wisatawan, ada banyak
penginapan yang dapat digunakan. Mulai dari yang murah hingga yang berkelas.
Tarif termurahnya mulai dari Rp 200.000/hari hingga Jutaan per malam tergantung
kelas mana yang anda pilih. Saya menginap di salah satu hotel di daerah Bukit
Besak dekat dengan kampus UNSRI Kota Palembang.
Saya juga tak melewatkan
mengunjungi salah satu ikon Kota Palembang yaitu Jembatan Ampera. Jembatan ini
membentang di atas sungai Musi. Saya berkunjung di Jembatan Ampera ini pada
sore hari dan sudah banyak terlihat orang-orang sedang menikmati suasana senja
di sana. Sepertinya malam hari adalah waktu yang tepat berkunjung di Jembatan
Ampera karena dapat menikmati indahnya gemerlap lampu hias yang terpasang di
Jembatan.
Tempat-tempat kuliner banyak tersedia
di pinggir jalan mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran. Tempat-tempat
makan tersebut menyediakan makanan khas Palembang seperti pempek, pindang ikan
patin dan sebagainya. Tetapi tidak hanya kuliner khas Palembang, saya juga
menjumpai beberapa kuliner lain khas daerah lain seperti sate ayam, nasi
goreng, soto, dan sebagainya. Harganya cukup terjangkau berkisar dari Rp 10.000
per sekali makan.
Beberapa Tips yang mungkin bisa
saya berikan kepada Anda yang berniat berwisata ke Palembang:
- Bawalah Topi atau penutup kepala, jaket, dan sun block jika ingin kulit anda tidak menghitam. Kondisi matahari yang menyengat bisa menyebabkan kilit anda menjadi gelap.
- Bertanyalah kepada orang yang menurut anda dapat dipercaya misalnya Polisi atau Security ketika Anda tersesat. Jangan sembarangan bertanya kepada orang kerena bisa saja Anda ditipu oleh orang.
- Selalu menjaga diri dan usahakan jangan pulang sendirian ketika hari telah malam atau hindari pulang terlalu malam karena menurut warga masyarakat banyak terjadi tindakan penodongan dan perampokan pada malam hari terutama di tempat sepi.
- Penting untuk mengetahui nama daerah tujuan atau minimal nama jalan ketika hendak bepergian menggunakan angkutan umum supaya tidak tersesat atau salah naik angkutan.
- Tidak semua angkutan umum memiliki jam operasional yang sama jadi Anda bisa menanyakan jam operasional kendaraan tersebut kepada sopir atau keneknya.
- Selalu menjaga sopan santun dan berperilaku baik ketika dimanapun anda berada.
Untungnya di Pelembang ini saya
menemukan dua orang teman sekelas saya sewaktu kuliah. Mereka adalah Kiki dan
Rara. Mereka berdua merupakan warga asli Palembang dan semenjak setelah wisuda
mereka kembali dan menetap di Palembang. Berkat bantuan mereka berdua saya bisa
menjelajah di Kota Pelembang. Merupakan suatu pengalaman yang luar biasa saya
bisa berkunjung ke Palembang. Semoga dilain waktu bisa berkunjung ke Palembang
lagi.
1 komentar:
okee tetep yeee tipsnya jangan lupa bawa sunblock,
gw tambahin nih,
buat kalian yang ke palembang atau kemana aja dengan dosen, dan apabila dosen itu galak, hendaklah membawa: conditioner, gel rambut atau alat pelumas rambut lainnya. karena jika tidak, anda akan dibilang KAMPUNGAN!! hahahaha
Posting Komentar